Kemajuan teknologi di segala bidang
merupakan salah satu peningkatan usaha masyarakat. Diantara sekian
kemajuan teknologi tersebut salah satunya adalah kemajuan bidang
farmasi, terbukti dari banyaknya jenis obat-obat yang dihasilkan untuk
mencegah dan mengobati suatu penyakit. Meskipun demikian, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi ternyata tidak begitu saja mampu menghilangkan
pengobatan tradisional yang dewasa ini semakin berkembang baik di dalam
maupun di luar negeri.
Seiring dengan berkembangnya penggunaan tanaman obat dalam kesehatan dengan semboyan back to nature,
keinginan masyarakat terhadap khasiat dan manfaat tanaman obat juga
semakin berkembang. Menurut Pelczar dan Chan (1998), mikroorganisme
dapat dihambat pertumbuhannya atau dibunuh dengan menggunakan bahan
kimia. Saat ini masyarakat mulai menyadari bahwa pemakaian bahan kimia
sering menimbulkan efek samping, sehingga mereka lebih memilih
menggunakan bahan alami yang berasal dari tumbuhan. Pada umumnya
tumbuhan tertentu dapat mengandung zat antimikroba yaitu bahan yang
dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme. Indonesia
mempunyai banyak jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan
antara lain daun peci beling, daun kumis kucing, daun sirih, rimpang
kunyit, rimpang temulawak, cengkeh dan salahsatunya yaitu tanaman mimba (Azadirachta indica) (Rukmana, 2002).
Tanaman mimba tidak menghasilkan buah
yang enak dimakan atau daun yang enak disayur. Bagian tanaman yang
banyak dimanfaatkan adalah biji, yaitu digunakan sebagai pestisida alami
yang ramah lingkungan dan tidak mempunyai efek racun bagi manusia serta
tidak membunuh hewan lain yang bukan sasaran. Bagian tanaman lain yang
banyak digunakan adalah daun mimba, terutama dimanfaatkan sebagai obat
(Sukarsono, 2003). Menurut Hutapea (1993), daun Azadirachta indica
berkhasiat sebagai obat demam dan untuk menguatkan badan. Keadaan demam
sejak zaman Hippocrates sudah diketahui sebagai pertanda penyakit.
Demam adalah manifestasi sistemik yang sering terlihat pada respon
peradangan dan merupakan gejala utama penyakit infeksi. Salahsatu
penyakit infeksi yang terjadi di masyarakat dan dapat mengakibatkan
demam adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang salahsatunya
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Daun Mimba rasanya pahit, berkhasiat
sebagai penurun panas (antipiretik) dan antirematik. Kandungan kimia
daun mimba antara lain azachdirichtin, minyak gliserda, asam
asetiloksituranoe, dan senyawa lain untuk mengobati diabetes mellitus,
hepatitis, kanker, liver, eksim dan penambah nafsu makan. Daun Mimba
juga mengandung bahan aktif flavonoida, triterpenoid, glokosida, dan
senyawa antivirus (Agus, 2011).
Klasifikasi Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman mimba menurut Rukmana (2002), adalah sebagai berikut :
Devisio : Spermatophyta
Sub devisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Rutales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Spesies : Azadirachta indica A. Juss
Berdasarkan literatur yang ada dari
famili meliaceae, telah dikenal tiga tanaman kerabat dekat tanaman mimba
yaitu tanaman mindi (Melia azedarach), suren (Toona sureni) dan Xylocarpos molucensis.
Dibandingkan ketiga jenis tanaman tersebut, akhir-akhir ini tanaman
mimba paling banyak diteliti karena bahan aktif yang terdapat di
dalamnya sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat tradisional
(Rukmanan, 2002).
Sejarah Mimba di Indonesia
Menurut Rukmana (2002), daerah utama
tanaman mimba adalah di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara. Plasma
nutfah tanaman mimba banyak ditemukan di India dan Thailand. Menurut
Sukarsono (2003), beberapa ahli berpendapat bahwa mimba merupakan
tanaman asli India. Ahli lainnya menyatakan bahwa mimba tersebar di
hutan-hutan diwilayah Asia Tenggara dan Asia Seletan termasuk Pakistan,
Srilanka, Thailand, Malaysia serta Indonesia.
Tanaman mimba banyak terdapat di jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali dan NTB. Pada umumnya tanaman mimba
digunakan sebagai tanaman peneduh jalan, sering dijumpai di tepi-tepi
jalan di kota-kota yang panas dan kering misalnya Jepara, Rembang,
Situbondo dan Pamekasan. Di Indonesia, mimba paling banyak ditanam di
Bali jumlahnya diperkirakan kurang lebih 500.000 pohon (Kardinan dan
Ruhnayat, 2003). Tanaman mimba dikenal sebagai “Neeb” dalam bahasa Urdu
dan Hindi, “Mimba” dalam bahasa Sansekerta, “Neeb” dalam bahasa Arab,
“Azaddirecsit” dalam bahasa Persia dan “Margosa” dalam bahasa Inggris.
Di Indonesia dikenal sebagai mimba (Heyne, 1987).
Morfologi Tanaman Mimba
Tabel 1. Morfologi Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Bagian Tanaman | Penjabaran |
Habitus | Pohon, tinggi 10-15 m. |
Batang | Tegak, berkayu bulat, permukaan kasar, percabangan simpodial, coklat. |
Daun | Majemuk, berhadapan, lonjong, melengkung, tepi bergerigi, ujung lancip, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang 5-7 cm, lebar 3-4 cm, tangkai panjang 8-20 cm, hijau. |
Bunga | Majemuk, berkelamin dua, di ujung cabang, tangkai silindris, panjang 8-15 cm, kelopak hijau, benang sari silindris, puih kekuningan, putik lonjong, coklat muda, mahkota halus, putih. |
Buah | Bulat telur, hijau. |
Biji | Bulat, diameter ± 1 cm, putih. |
Akar | Tunggang, coklat. |
(Hutapea, 1993)
Komposisi Kimia Daun Mimba
Daun dan kulit Azadirachta indica mengandung saponin, di samping itu daunnya juga mengandung flavonoida dan tanin (Hutapea, 1993).
- 1. Tanin
Tanin yang dikandung mimba merupakan
kelompok derivat dari fenol yang mempunyai rasa sepat dan mempunyai
kemampuan menyamak kulit. Senyawa fenol cenderung larut air karena pada
umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida yang biasanya terdapat
dalam vakuola sel dan kelarutannya dalam air akan bertambah jika gugus
hidroksil semakin banyak. Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya
dalam air dan makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal (Sihombing,
2000).
Tanin juga berfungsi sebagai desinfektan
yang mampu menghambat pertumbuhan organisme (bakteriostatik) dan mampu
mematikan suatu organisme. Adapun fungsi tanin yaitu sebagai pelindung
dehidrasi, proses pembusukan, dan mengurangi pembengkakan. Pada kadar
tanin yang tinggi, tanin mempunyai arti pertahanan pada tumbuhan yaitu
mengusir hewan pemangsa tumbuhan. Di dalam tumbuhan, letak tanin
terpisah dari protein dan enzim sitoplasma sehingga apabila hewan
memakan tumbuhan yang mengandung tanin, maka reaksi penyamakan akan
terjadi. Reaksi penyamakan inilah yang akan menyebabkan jaringan pada
hewan akan rusak. Oleh karena itu, sebagaian besar tumbuhan yang
mengandung tanin dihindari oleh herbivora karena rasanya yang sepat
(Harbourne, 1989).
- 2. Flavonoid
Flavonoid adalah salah satu grup dari
polifenol alami yang terdiri dari 3000 struktur yang mempunyai inti
flavon C-15 yang sama yaitu dua cincin benzene (A dan B) yang berikatan
dengan oksigen. Efek medicinal dari flavonoid mencakup efek meningkatkan
integritas vaskuler, anti trombotik, vasodilator, antivirus (Robinson,
1995). Menurut Jawetz et al., (1992) fenol dan banyak senyawa
fenolik merupakan unsur-unsur antibakteri yang kuat. Pada konsentrasi
yang biasa digunakan, fenol dan derivatnya menimbulkan denaturasi
protein. Dari kandungan flavonoidnya inilah, daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dapat digunakan sebagai antimikroba.
- 3. Saponin
Menurut Gunawan dan Mulyani (2004),
glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin.
Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid atau saponin
triterpenoida. Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi. Saponin
merupakan senyawa berasa pahit menusuk, menyebabkan bersin dan sering
mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat
bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis.
Saponin jika terhidrolisis akan
menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin yang merupakan senyawa yang
mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan dan
dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau beracun
seringkali disebut sapotoksin. Saponin mengakibatkan hemolisis, sehingga
relatif berbahaya bagi semua organisme bila saponin diberikan secara
parenteral. Setengah sampai beberapa mg/kgBB saponin dapat berakibat
fatal dan mematikan pada pemberian intravena. Begitupula pemakaian
sterol-saponin kompleks dalam jangka panjang akan mematikan bila
diberikan secara parenteral. Pengaruh terhadap alat pernapasan dapat
dibuktikan dengan kenyataan digunakannya obat yang mengandung saponin
untuk mencari ikan oleh rakyat yang primitif. Kadar saponin yang sangat
kecil pun mampu melumpuhkan fungsi pernafasan dari insang (Gunawan dan
Mulyani, 2004). Saponin memiliki kegunaan dalam pengobatan, terutama
karena sifatnya yang mempengaruhi absorbsi zat aktif secara
farmakologis.
Kegunaan Tanaman Mimba
Selain biji, daun mimba mempunyai
manfaat yang banyak terutama dalam dunia kesehatan. Penggunaan secara
tradisional di Indonesia kurang populer. Hal ini karena masih rendahnya
hasil penelitian yang mendukung penggunaan mimba sebagai tanaman obat.
Tanaman obat di Indonesia berkembang secara turun-temurun berdasar
pengalaman. Menurut Hutapea (1993), daun Azadirachta indica
berkhasiat sebagai obat untuk mengatasi demam dan untuk menguatkan
badan. Untuk obat demam dipakai kira-kira 10 gram daun segar Azadirachta indica,
dicuci, kemudian direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit. Setelah
hasil rebusan tersebut dingin, kemudian disaring. Hasil dari saringan
tersebut diminum sekaligus.
Daun mimba (Azadirachta indica A. Juss)
mengandung zat-zat aktif seperti flavonoid, tanin dan saponin.
Flavonoid adalah salah satu grup dari polivenol alami (Robinson, 1995).
Jawetz et al., (1992), menyatakan fenol dan banyak senyawa
fenolik merupakan unsur-unsur antibakteri yang kuat. Daun mimba
mempengaruhi pertumbuhan Staphylococcus aureus, yaitu salah satu bakteri penyebab ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) semakin tinggi konsentrasi dekok daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) maka akan semakin rendah pertumbuhan bakteri Staphyloccus aureus. Akibat kerja dari flavonoid, tanin, dan saponin yang terdapat dalam daun mimba, menyebabkan rusaknya membran sitoplasma Staphylococcus aureus.
Rusaknya membran sitoplasma menyebabkan ion anorganik yang penting ,
nukleotida, koenzim, dan asam amino merembes keluar sel, serta mencegah
masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi yang diperlukan bakteri untuk
menghasilkan energi (Volk dan Wheeler, 1993).
Pembudidayaan Mimba (Azadirachta indica A. Juss).
Pembudidayaan tumbuhan mimba dapat ditempuh dengan cara:
- Memilih bibit yang unggul, sehingga diperoleh tumbuhan mimba yang tahan hama serta menghasilkan daun yang bagus dan sehat.
- Setelah diperoleh bibit, kita bisa menyiapkan tanah untuk pembibitan. Pilih tanah yang gembur dan mempunyai unsur hara yang cukup. Campur tanah dengan pupuk kimia atau pupuk kompos secukupnya dan aduk sampai semua campuran tercampur dan merata.
- Masukkan tanah kedalam pollibag yang sudah dilubangi bagian bawahnya sebagai saluran keluarnya air. Setelah semuanya selesai, tanam bibit tumbuhan mimba ke dalam pollibag atau pot yang sudah diisi tanah.
- Letakkan bibit yang sudah ditanam pada tempat yang mendapat cukup cahaya matahari dan sirami tanaman secara teratur.
- Diperiksa apakah ada serangga atau hama yang merusak tanaman mimba tersebut, dan digunakan pestisida yang aman untuk membasmi hama dan serangga apabila diperlukan. Apabila tumbuhan sudah mulai besar bisa dipindahkan kedalam pot ataupun langsung ditanam di tanah atau lahan yang tersedia.
0 komentar:
Posting Komentar